(Foto: Jakartaglobe.id)

Aku mau hidup seribu tahun lagi!

Siapa yang tak kenal potongan sajak yang di atas?. Sajak tersebut diketahui merupakan potongan dari puisi terkenal yang berjudul Aku karya Chairil Anwar.

Chairil Anwar adalah sastrawan yang aktif pada Angkatan '45. Lahir pada 26 Juli 1922, Medan, Sumatra Utara. Sosoknya dikenal sebagai Pelopor Puisi di Indonesia yang disebutkan oleh H.B. Jassin, hal ini sekaligus membuat karya-karyanya selalu dikenang dan tetap eksis hingga tahun ini yang bertepatan dengan 100 tahun kelahirannya.

Sastra lahir dari kondisi sosial dan budaya yang ada pada zamannya. Oleh karena itu banyak karya sastra yang memiliki keeratan dalam budaya dan keadaan masyarakat yang terdapat dalam pikiran para sastrawan lalu disampaikan melalui karya sastra. Maka, inilah yang membuat karya-karya Chairil Anwar terasa dekat dengan tema nasionalisasi, patriotisme, dan perjuangan karena ia dihadapkan dengan masa-masa kemerdekaan Indonesia. Namun, tidak dipungkiri beliau juga pernah menuliskan puisi dengan tema cinta dengan kepiawaiannya dalam bidang puisi.

H.B. Jassin dalam bukunya yang berjudul Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983) mengemukakan bahwa membaca sajak Chairil Anwar akan selalu membuat terpesona dan tidak bosan-bosannya. Sajak-sajak dari Chairil Anwar telah terbukti memiliki pesona maka karyanya juga telah diterjemahan ke beberapa bahasa asing salah satunya adalah bahasa Belanda, Inggris, dan Prancis.

Agar semakin terpesona dengan puisi Chairil Anwar, simak berikut 3 puisi karya beliau yang tak lekang oleh waktu!

1. Puisi 'Aku'

Aku

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

 

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

 

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

hingga hilang pedih peri

 

Dan aku akan lebih tidak peduli/

Aku mau hidup seribu tahun lagi

 

Maret 1943

 

2. Puisi 'Krawang–Bekasi'

 

Krawang-Bekasi

 

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.

 

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan berdegap hati?

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami

 

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa

 

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

 

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

 

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

 

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

 

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

 

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

 

3. Puisi 'Sia-Sia'

 

Sia-Sia

 

Penghabisan kali itu kau datang

membawaku karangan kembang

Mawar merah dan melati putih:

darah dan suci      

Kau tebarkan depanku

serta pandang yang memastikan: Untukmu.

 

Sudah itu kita sama termangu

Saling bertanya: Apakah ini?

Cinta? Keduanya tak mengerti.

 

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

 

Ah! Hatiku yang tak mau memberi

Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

 

        Di antara sajak-sajak di atas, manakah yang paling membuat kalian terpesona, FatsOenist ?. Jika ingin membaca sajak-sajak Chairil Anwar yang lain dapat ditemukan pada: Deru Campur Debu (1949) yang diterbitkan oleh Penerbit Pembangunan, Opbuow, Jakarta,  Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus (1949) yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, Jakarta, dan Aku Ini Binatang Jalang (1986) yang diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta.

 

Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Chairil_Anwar | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.


Penulis : Hanipa /Anggota Magang LPM FatsOeN

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama