(Foto: tsukiko-kiyomidzu/pixabay)

Tembok

Dalam beberapa fase kehidupan kadang kita dihadapkan oleh beberapa bagian bagian yang kadang sulit untuk kita mengerti, dan itu yang akhir akhir ini saya fikirkan, manusia ternyata tidak hanya terdiri dari sebatas tubuh yang bergerak oleh dorongan dorongan taknis-biologis tapi juga lebih dari itu, dorongan, perasaan atau prilaku yang kadang pelik ini biasa saya sebut dengan “tembok”, istilah tembok ini saya pakai karena saya sendiri bingung mencari kata yang tepat untuk hal ini.

Bagi beberapa manusia tembok ini kadang sedemikian tinggi hingga perlu usaha untuk melewatinya atau bahkan menghancurkanya, ada juga manusia yang memiliki tembok dalam dirinya yang dengan mudah ia lewati, jika dijelaskan tembok ini mungkin akan sangat sulit sekali untuk dijelaskan, beberapa manusia kadang menyangkal bahwa dia punya tembok, beberapa manusia lagi hanya bisa mengakui bahwa dirinya mempunyai tembok tapi sangat sulit untuk mereka atasi sendiri. 

Beberapa manusia lagi mengakui bahwa dirinya mempunyai tembok yang coba terus menerus mereka coba hancurkan walaupun itu kadang terpaksa bahkan menyakitkan, biasanya tembok dalam diri manusia sangat berhubungan dengan masa lalu seperti bagaimana cara dia tumbuh, peristiwa yang dialami, rasa sakit yang pernah dirasakan atau bahkan berasal dari keinginan yang tidak dipenuhi dan berbagai macam hal lain yang pernah ada di masa lalu.

Lewat berbagai macam hal yang terjadi di masa lalu manusia menjadi dirinya yang ada di masa sekarang, manusia terkadang tidak sadar bahwa dirinya hari ini adalah kumpulan dari akumulasi berbagai macam hal yang terjadi dimasa lalu, masa lalu tidak hilang begitu saja seiring berjalannya waktu, tapi masa lalu terkumpul lalu membentuk berbagai macam sifat, karakter, prilaku, watak termasuk tembok yang sulit untuk dimengerti bahkan oleh manusianya sendiri. 

Biasanya beberapa tembok yang ada dalam diri manusia terlihat sangat sederhana bagi sebagian orang yang tidak merasakannya, tapi bagi yang mengalaminya hal sederhana tersebut kadang sulit untuk mereka mengerti dan lakukan, mungkin disinilah bagaimana tembok yang lahir dari akumulasi pengalaman manusia dari masa lalu bekerja, lewat alam bawah sadar yang rumit akumulasi masa lalu yang membentuk tembok tersebut bekerja mensitimulus otak dan mulut yang menghasilkan berbagai macam ucapan tindakan denail bahkan defensif  bahkan ceroboh yang dengan jelas mereka sadari bahwa itu adalah bohong dan hal yang sia sia.

Lantas jika seperti ini bagaimana cara mengatasinya? Saya kira hal yang paling sederhana namun sulit untuk dilakukan adalah dengan mengakui bahwa dalam diri kita terdapat tembok yang memang sulit untuk kita hadapi, namun walaupun sulit untuk kita hadapi tapi harus tetap terus kita coba, hingga secara perlahan tembok itu mulai runtuh dengan begitu kita akan mulai menjadi diri kita yang utuh dan penuh serta mengenali dirinya sendiri, dan saya sendiri masih mencoba hal itu.

Penulis: Fahmi labibinajib

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama