Cuplikan Film Gundala 2019/Dok. Screenplays

Yang menarik dari film Gundala salah satunya karena Film ini menyorot kesenjangan kelas sosial yang sangat kita akrabi dalam struktur masyarakat kita. 

Ada kelas elit yang direpresantikan oleh DPR dengan pakaiannya yang selalu rapih, mengendarai mobil mewah dan rapat-rapat di kantor. Konflik di kelad ini berkutat soal sikut menyikut antar golongan demi kepentingan masing-masing.

Tidak terlalu jauh dari gedung DPR, para pemuda dan anak-anak hidup dalam dunia yang kacau dan serba terbatas. Bangunan-bangunan kumuh mengingatkan saya pada lanskap kampung miskin kota yang pengap dan berjubel. Kampung kota yang hanya melahirkan para kriminal dan orang-orang  brutal level mampus. Sebuah distopia di tengah kemewahan dan gedung-gedung tinggi.

Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) lahir dan besar di tengah-tengah distopia itu. dunia yang kumuh dan brutal membuat dia terampil berlari dan berkelahi. Dua keahlian yang mengantarkannya menjadi laki-laki dewasa dan kelak menjadi Gundala.

Gundala adalah tokoh super hero berkekuatan petir. Film ini menjadi pembuka Jagat Sinema Bumi Langit yang akan melahirkan tokoh berkekuatan super lain. Sebagai film pembuka saya rasa Gundala gagal menghidangkan aksi seorang super hero. Beberapa bagian yang penting justru  diekseskusi terburu-buru seperti ketika Gundala mendapat kekuatan petir dan dia membuat kostum super heronya sendiri.

Ekpetasi keseruan menikmati aksi super hero juga berkurang akibat koreografer yang payah. Perkelahian antara Gundala dan musuh-musuhnya terasa lambat dan hambar.

Saya ingin mengatakan bahwa Sancaka (Abimana Aryasatya) lebih menarik perhatian ketimbang ketika dia memakai kostum menjadi Gundala. Alasannya karena tagline patriotisme film ini.

"Negri ini butuh patriot". Akibat tagline ini, ekpetasi saya film gundala akan menyuguhkan tema patriotisme yang sama dengan film-film yang berlatar kemerdekaan yang saban 17 agustus diputar stasiun televisi. Ekpetasi saya itu nyatanya salah belaka sampai kemudian Ridwa Bakri (Lukman Sardi) yang seorang politisi, mengeluarkan petatah petitih soal membela Negara kepada Gundala. Semenjak itu ternyata tema patriotisme Gundala tidak jauh beda dengan tema patriotisme ala film-film 17an itu.

Semenjak dikenal publik karena keberhasilannya melawan para pengacau terekam kamera cctv dan tersebar di jejaring internet, Gundala menjadi harapan besar semua orang untuk bisa menyelesaikan semua urusan negara yang sedang terjadi.

Masa dimana urusan negara selesai dengan kekerasan dan senjata sudah selesai pasca runtuhnya kolonialisme Belanda. Perubahan selanjutnya dimotori oleh orang yang mengorganisir diri dan berserikat. Kepahlawanan Gundala yang kuat seorang diri hanya melahirkan tokoh idola yang akan disembah sujud.

Idola adalah sekumpulan harapan kita tentang sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita miliki yang kita bebankan kepada orang lain. Terjebak di dalamnya membuat kita terlena dan kian rentan. Adalah Pengkor (Bront Palarae) yang justru menjadi musuh Gundala yang menyadarkan kita soal itu.

"Apa yang berbahaya adalah simbol Harapan. Harapan bagi rakyat adalah candu. Dan Candu itu bahaya” katanya. Dan rasa-rasanya saya setuju.

Penulis : Firdaus Habibu Rohman

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama