(foto: Aji Harka/Pengurus LPM FatsOeN)

Film The Burning Season: Chico Mendez Story menceritakan tentang para Aktivis Lingkungan Hidup di kota Cachoeira, Brazil dari Pembebasan Lahan dan Penebangan Pohon Liar di Hutan Hujan Amazon dimana tempat serikat penyadap karet menggantungkan nasib hidupnya.

Chico Mendez yang sedari kecil menyadap karet bersama dengan Ayahnya, seketika waktu diajak untuk menemui pengepul atau tengkulak getah karet untuk Ia jual. Akan tetapi, sesaat bertransaksi terjadi kecurangan yang dilakukan oleh tengkulak tersebut, ayahnya tidak dapat berkata-kata untuk memperjuangkan harga hasil kerja miliknya.

Awal cerita film itu memperlihatkan bagaimana satire kapitalisme yang kental, liciknya sosok seseorang yang mempunyai kekuasaan atau mempunyai modal. Chico Mendez yang saat itu masih kecil tentu hanya bertanya-tanya mengapa bisa terjadi kecurangan seperti ini dan mungkin dari hal inilah Chico Mendez kecil sangat peduli, kejadian ini memantik keingintahuan dan pandangannya dalam dunia perlawanan.

"Seratus orang tanpa pendidikan adalah pemberontakan, dan satu orang berpendidikan adalah awal sebuah pergerakan." (Chico Mendez)

Pergolakan amarah massa diawali oleh investasi industri peternakan yang ingin didirikan oleh perusahaan asing dengan membuka lahan di daerah hutan di Cachoeira mengunakan proyek gusur paksa pada ekosistem karet atau pinus disana. Wilson Pinheiro yang merupakan pastor dan juga ketua dari serikat pekerja penyadap karet melakukan sesi orasi semangat dengan dalih-dalih agama yang ia bawa untuk memulai ajakan gerakan kolektif perlawanan terhadap perusahaan peternakan itu. Seluruh jemaat yang hadir mendukung penuh gerakan itu.

Gerakan demi gerakan silih berganti saling serang antara kedua belah pihak, baik dengan senjata maupun kata-kata. Wilson Pinheiro yang sebagai sentral dari gerakan ini, kemudian mendapatkan sebuah pesan terror akan kematian berupa kepala kambing segar yang baru saja disembelih digantungkan di depan pintu rumahnya. Sontak, Istri Wilson Pinheiro mulai ketakutan.

Akan tetapi, Wilson bersikukuh untuk tetap membersamai social movement yang ia bangun bersama serikatnya hingga akhir hayatnya.

Wilson mati tertembak, serikat pun membalaskan kematian wilson dengan nyawa dibayar nyawa dari tembakan pistol seseorang dari serikat kepada oknum pemerintah. Chico Mendez melanjutkan estafet perjuangan gerakan sosial yang telah dibangun Wilson Pinheiro bersama dengan orang-orang yang resah dan peduli melihat keadaan ketidakadilan yang terjadi.

Gerakan sosial hanya bisa berlangung dalam siklus atau sistem yang terus berlanjut dan tidak dimaknai dengan gerakan sekali pukul saja, lalu sehabis itu sudah, melainkan ini sesuatu pola yang sistematis.

Gerakan perlawanan yang dilakukan oleh Chico Mendez sendiri tidak hanya gerakan yang mengandalkan senjata akan tetapi juga gerakan yang mengandalkan kata-kata untuk melawan musuh yang dihadapinya. Contohnya saat melakukan perlawanan terhadap penebangan hutan yang pertama dengan mengingatkan bahwa 20 Cruzeiro sehari yang didapat penebang tentunya tidak sebanding dengan segenap rakyat Cachoeira yang menggantungkan hidup di hutan tersebut. Ia juga percaya bahwa ada jalan yang bisa ditempuh tanpa adanya kekerasan, jalan moderat yang tidak menimbulkan kematian yakni, dengan Kata-kata.

Setelah proses penebangan hutan sempat dihentikan. Sayangnya, selang beberapa waktu saja penebangan tersebut kembali berlanjut bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Melihat usaha yang dilakukan tidak berhasil, Chico bersama penduduk lainnya berinisiatif menghalangi kembali penebangan tersebut di hutan. Nahasnya kali ini terdapat salah satu orang dari serikat  yang terluka. Walhasil, para penebang hutan merasa bersalah dan menghentikan kegiatannya. Atas dasar hal ini Chico pergi ke pusat kota untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah. Namun, yang Ia dapatkan hanyalah sebuah sikap apatis dan kegagalan karena mereka yang berada di sana tidak mengenal apalagi peduli akan keberadaan Chico.

Sesaat Chico kembali ke daerahnya, betapa terkejutnya melihat penebangan besar-besaran kembali terjadi. Dia kembali mengumpulkan penduduk dan mencoba menentangnya, dengan tanpa kekerasan. Namun keadaannya sudah sangat berbeda, kali ini penebangannya dikawal dengan para tentara lengkap dengan senjatanya sehingga usaha yang dilakukan oleh penduduk tidak berhasil dan menimbulkan sebuah huru-hara pembantaian pada para penduduk.

Singkat cerita, pemerintah mendengar kejadian tersebut dan kemudian turun tangan menuju kediaman Chico Mendez untuk bernegosiasi. Proses tersebut terjadi selama sehari semalam, hingga paginya ketika pintu rumahnya dibuka. Chico, anggota pemerintah, dan juga pengusaha terkejut karena mendapati warga telah menunggu keputusan yang dihasilkan. Keputusan akhir yang didapat adalah pemerintah akan melindungi hutan yang ada dari penebangan liar. Keputusan tersebut memberikan nafas panjang bagi masyarakat Cachoeira.

Kejadian teror yang sebelumnya dialami oleh Wilson Pinheiro yang mana didapati kepala kambing digantungkan di depan rumahnya kembali terulang kepada Chico. Ia memilih untuk tetap tinggal di rumahnya dan akhirnya bernasib seperti pendahulunyaWilson Pinheiro, pada malam harinya Chico ditembak mati di rumahnya. 

Penulis: Aji Harka/Pengurus LPM FatsOeN


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama