(Sumber gambar: Twitter.com @Avogado6)

 Ia menatap kipas angin yang menggantung di langit-langit kamarnya. Seakan kipas itu meniupkan satu kisah pengantar tidur. Di kepalanya mulai bermunculan skenario-skenario terburuk dalam hidup. Imajinasinya mengarang asal, tentang rasa sakit yang sebetulnya belum tentu terjadi. Segalanya dimulai dari tanya "bagaimana bila" lalu paragraf selanjutnya Ia karang sedemikian rupa.

Film itu berdialog tanpa jeda iklan. Pemerannya orang-orang tersayang yang pergi satu persatu, atau diganti, Ia membayangkan dirinya yang pergi. Ia masih penasaran akan hal itu. Siapa yang kelak menangis di pemakamannya nanti. Adakah yg mencari? Adakah yg kehilangan. Pipinya menghangat, sebutir air mampir lewat menyapu krim malam yg beberapa saat lalu baru saja Ia kenakan.

"Sialan"

Ia mengusapnya dg bantal. Mengingat berapa harga skin care yang Ia beli.

Setelah matanya lembab berair. Ia mulai terpejam. Kisah itu paling mujarab mengantarnya terlelap. Satu sinema telah berputar di kepalanya. Karangannya rampung. Ritual sebelum tidur.

Penulis: Zulva bukan Zulfa

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama