Film Merindu Cahaya de Amstel. Foto: Instagram unlimited_production

Jika biasanya film yang bergenre romance selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan adegan-adegan romantis, tetapi tidak dengan film yang satu ini, film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama, Merindu Cahaya de Amstel berkisah tentang seorang jurnalis fotografi yang bernama Nicolas, yang secara tidak sengaja memotret seorang wanita berhijab bernama Khadijah, perjalanan kisah mereka berdua berlanjut dengan hadirnya Kamala, seorang wanita Indonesia yang tidak berhijab yang pernah Nicolas tolong sekaligus teman dekat dari Khadijah.

Awalnya, saya mengira film ini seperti kisah cinta segitiga pada umumnya, namun dalam film ini kisah cinta segitiga antara Nicolas, Khadijah dan Kamala diceritakan menjadi sedemikian kompleks, Nicolas yang menyukai Khadijah, namun terhalang oleh prinsip keislaman yang kuat dari Khadijah, di film ini Khadijah diperankan sebagai seorang wanita yang sangat taat kepada Agama, ini terlihat ketika ia menghindari berjabat tangan kepada laki-laki yang bukan mahromnya, di sisi lain Kamala yang merupakan teman Khadijah diam-diam menyukai Nicolas.

Di film ini cinta segitiga mereka tidak hanya soal siapa yang berhak saling memiliki, tetapi juga dibumbuhi berbagai macam adegan yang menyimpan berbagai macam pesan moral, seperti ketika Nicolas bertanya kepada Fatimah teman dari Khadijah yang mengajaknya masuk Islam, “Mengapa dalam Islam harus memakai kerudung? Fatimah menjawab dengan menganalogikan dua buah permen yang satu sudah dibuka (tidak berhijab) dan satunya lagi belum dibuka (berhijab) dan Nicolas disuruh memilih, dan ia memilih yang belum dibuka, dan pilihan itu ia perlihatkan kepada orang yang ada disitu termasuk Kamala seorang wanita tidak berhijab tetapi menyukai dirinya, bagi sebagian orang mungkin adegan ini sangat menyakitkan hati Kamala yang tidak berhijab, tetapi tidak hanya sampai situ penonton juga diajak untuk memahami bagaimana keutamaan berhijab dalam Islam.

Saya kira di sinilah hebatnya film di tengah kisah cinta segitiga yang pelik, tetapi masih bisa menyisipkan berbagai macam ajaran Islam kepada para penonton, banyak adegan lain yang sejenis seperti ketika Nicolas mencoba untuk masuk Islam hanya karena ingin menikahi Khadijah, walaupun Khadijah sendiri sebenarnya juga memiliki rasa cinta yang sama kepada Nicolas, tetapi karena ia menghargai perasaan temannya, Kamala, dan juga agar Nicolas tidak masuk Islam hanya karena dirinya tetapi harus karena Allah, perasaan suka ini ia tahan dengan sendirinya.

Dalam hal ini penonton diajak untuk melihat keteguhan hati Khadijah yang berpegang teguh kepada keimanannya, walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri, Kamala juga digambarkan sebagai sesosok manusia yang beragama Islam tetapi tidak taat dalam melaksanakan ajaran agamanya, namun setelah ibunya meninggal ia mencoba kembali menjadi seorang muslim yang taat, ia sangat menyesal karena pesan ibunya untuk jangan meninggalkan solat tidak ia gubris sama sekali.

Dengan premis cerita yang dibangun cukup sederhana tetapi tidak membuat penonton bosan, apalagi latar film ini di sebuah kota yang indah bernama de Amstel, Belanda. Film ini jarang ada adegan romantis, tetapi dengan alur ceritanya yang matang film ini mampu membawa emosional penonton dengan beberapa iringan soundtrack lagu serta visualisasi yang memanjakan mata, film ini sangat cocok buat kalian yang suka film romance atau cinta-cintaan tanpa ada bumbu adegan bermesraan di dalamnya.


Penulis : Fahmi Labibinajib

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama