(Foto : Annita Syariach/ Anggota Magang LPM FatsOeN)

Anak bungsu yang selalu di cap kalo bungsu itu manja, sangat bergantung dengan orang tua, gak bisa jauh dari orang tua, tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, hidupnya paling enak, minta apa aja sama orang tua pasti di kasih. Mengapa anak bungsu selalu dinilai anak yang egois dan manja? Padahal tidak semua anak bungsu memiliki karakter yang sama.

Menurut saya, anak bungsu yang saya rasakan itu seperti harapan terakhir bagi orangtua, saya tidak di tuntut lebih dari kakak-kakak saya, tapi sebagai bungsu yang beranjak dewasa ini berfikir ingin lebih dari kakak-kakak.

Dulu sebelum 2 kakak saya menikah, kehidupan bungsu yang di cap oleh beberapa orang seperti manja, minta apa saja kepada orang tua pasti di kasih. Itu semua benar, saya selalu di manja, seperti apapun yang saya minta pasti orang tua kasih.

Saya kelas 12 di SMA LENTERA BANGSA, pada keadaan pandemic covid-19, pastinya kegiatan belajar dilakukan daring dari rumah. Setiap pagi sarapan pasti sudah ada di meja dapur, tapi … karena saya sejak pagi sudah duduk di depan laptop dengan beberapa buku pelajaran dan buku tulis, saya mengabaikan untuk mengambil sarapan yang sudah di sediakan oleh ibu, jadi… setiap pagi ibu selalu membawakan nya ke kamar, supaya saya tetap sarapan dan fokus belajar. Setelah selesai sarapan biasanya piring dan gelas tersebut saya taruh di meja kamar, “Nanti aja ah taro nya selesai zoom kelas”. Tapi, pada nyata nya piring dan gelas itu saya lupakan. Setelah kelas selesai, saya langsung mengambil ponsel dan merebahkan tubuh ini di Kasur dan sampai akhirnya tertidur, “loh kemana piring dan gelas nya?” kaget! Ternyata sudah di rapihkan oleh ibuku.

Ibu masuk ke dalam kamar dan menyuruhku untuk makan siang “Dek.. ayo makan dulu abis itu solat zuhur”, saya keluar kamar dan sudah tersedia banyak lauk yang saya minta masakan oleh ibu tempo hari, ibu selalu masak yang saya minta di hari sebelumnya supaya saya mau makan, karena dulu itu saya kalo makan suka pilih lauk, kalua lauk nya tidak selera dengan saya pasti saya makan hanya sedikit.

Hari- - hari berjalan seperti itu

Sampai dimana saya akan menuju jenjang Pendidikan selanjutnya yaitu kuliah, saya sangat ingin sekali merantau ke kota Semarang, karena kota nya bersih dan udaranya sehat.

Saya daftar jalur SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN, Politeknik, , UMPTKIN dan Ujian Mandiri. Saya sudah percaya diri tinggi kalo saya pasti diterima di salah satu Universitas Negeri yang ada di Semarang. Ternyata pada saat pengumuman tidak diterima, berkali-kali saya mendapatkan kata “SEMANGAT”, tentu nya kata-kata itu tidak mematahkan saya untuk terus coba jalur pendaftaran lain.

Hingga pada akhirnya kakak saya menanyakan “udah dapet kampus dimana?” saya jawab “Tentu saja belum sampai hari ini, ini mau coba UMPTKIN, mau daftar uin”. Kakak saya menawarkan 3 kampus swasta ternama dan mahal yang ada di Jakarta, tentu saja saya menolak saat melihat ukt per semester-nya. Saya tetep gak nyerah gitu aja, saya daftar UMPTKIN, dan saat pengumuman saya diterima di Daerah Istimewa Yogyakarta.

FINALLY!!!

Walau bukan kota yang saya tuju tapi tetap akan saya ambil Universitas tersebut karena saya ingin sekali merantau dan juga akan mematahkan cap orang-orang terhadap si bungsu tentang manja, gak bisa jauh dari orang tua, dan tidak bisa melakukan apa-apa sendiri.

Dulu saya tidak bisa mencuci pakaian dan menyetrika baju, bahkan orang tua saya sendiri tidak pernah menyuruh mencuci pakaian, mencuci piring, menyetrika baju, memasak, dan membersihkan rumah. Tetapi, semenjak hidup di perantauan di kota orang yaitu Yogyakarta, perlahan saya bisa masak nasi, menyetrika baju, mencuci baju dan lainnya.

Apalagi saya hidup di perantauan benar-benar sendiri dan tidak ada saudara maupun keluarga, si bungsu ini juga bisa mandiri loh di kota orang.

Gak selamanya bungsu egois dan manja, kalo memang iya seperti itu ya semua nya perlu waktu untuk menjadi dewasa.

Jadi, menurutku menjadi bungsu itu juga gak seenak yang kalian lihat, kita sebagai bungsu juga punya beban pastinya seperti harapan terakhir keluarga dan harus lebih sukses atau lebih pintar dari kakak-kakaknya. Sebagi bungsu yang di cap “ANAK MANJA” saya ga setuju sih, karena sekarang saya bisa melakukan hal-hal yang dianggap oleh orang-orang kalo saya tidak bisa mengerjakannya, tapi lihat sekarang si bungsu ini sudah menjadi dewasa, bisa melakukan hal tersebut dan kuat hidup di perantauan. Oh iyaa! Ingat ya tidak semua anak bungsu memiliki karakter yang sama.

 Penulis :  Annita Syariach/ Anggota Magang LPM FatsOeN

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama