Imbas Kematian Affan Kurniawan Dan Kesewenang-Wenangan Pejabat, Rakyat Cirebon Turun Ke Jalan


Foto: Desty Heppiyani


Cirebon, LPM FatsOeN — Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat menggelar aksi demonstrasi di depan Polresta Cirebon pada Sabtu (30/8). Massa  terdiri dari mahasiswa, pelajar, hingga pengemudi ojek online. Situasi sudah memanas sejak awal, ditandai dengan penyerangan terhadap mobil angkut polisi oleh sejumlah pelajar di Jalan Fatahillah, Weru.

Penyerangan juga dilakukan oleh mereka terhadap kantor Polsek Sumber, dan Pos Polisi Sumber. Selanjutnya mereka merangsek menuju kantor Polresta Cirebon. Oleh sebab itu, massa gelombang pertama yang didominasi oleh pelajar pun harus dipukul mundur oleh kepolisian. Situasi semakin memanas ketika polisi menembakkan lebih dari lima kali gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Sedikitnya sepuluh orang mengalami luka, mulai dari kepala bocor, kaki terkena besi dan kaca, hingga sesak nafas akibat asap dan gas air mata.

Massa semakin banyak berdatangan. Mereka kemudian bergerak menuju kantor DPRD Kabupaten Cirebon. Di sini, massa membuat vandalisme berbau kekecewaan terhadap kinerja wakil rakyat. Selain itu, kaca gedung DPRD pun banyak dilempari batu, hingga dijarah oleh sejumlah massa.

Siang harinya, massa aksi dari aliansi mahasiswa Cipayung Plus yang berisi organisasi PMII, HMI, GMNI, KAMMI, IMM, dan Hima Persis, mulai berdatangan. Mereka memulai bergerak menuju Polresta Cirebon untuk menyampaikan tuntutan. Orasi-orasi mahasiswa terus menggema di depan gerbang kepolisian sebelum akhirnya situasi kembali memanas.

Ketua PMII Cirebon, Jamali Mahdiyar, menyebut aksi tersebut lahir dari keresahan atas tindakan represif aparat dan ketidakadilan hukum. “Melangkah ke polres sendiri itu adalah bagian dari merespon adanya ketidakadilan dan adanya kekerasan yang dilakukan tindakan represif oleh kepolisian. Kami aliansi Cipayung yang di dalamnya ada GMNI, HMI, PMII, KAMMI, IMM, dan HIMA Persis. Total ada sekitar 670 mahasiswa dari Cipayung yang ikut turun,” ujarnya.

Jamali menambahkan, massa membawa sejumlah tuntutan, di antaranya penyelesaian RUU Perampasan Aset, penegakan hukum terhadap kasus dugaan pembunuhan oleh oknum kepolisian, serta dorongan reformasi Polri. Ia juga menegaskan bahwa keterlibatan pelajar dan STM dalam aksi hanyalah bentuk respons spontan terhadap situasi di lapangan.

Di tengah kericuhan, tim medis dari Korps Sukarela (KSR) Unit Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) bersama relawan mahasiswa sigap mengevakuasi para korban.
"Kami sukarela karena pasti membutuhkan tim medis.” ujar Ica, mahasiswa UMC yang tergabung dalam tim medis.

Kondisi korban luka digambarkan cukup memprihatinkan oleh relawan KSR Unit UGJ. “Banyak yang mengalami luka di kepala, kaki terkena besi dan kaca, dan juga banyak yang sesak nafas” katanya.

Aksi yang dimulai sejak siang hari itu baru berakhir sekitar pukul 17.30 WIB setelah aparat memperketat penjagaan di sekitar lokasi. Massa perlahan membubarkan diri, sementara belasan korban luka terus mendapat perawatan. Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait bentrokan maupun jumlah pasti korban.



Penulis: Ikhsan Tiaz Setiawan 

Editor: Fadhil Muhammad RF

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama