official poster Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah
Siapa sangka, ada sebuah seni visual yang mampu menyoroti luka sosial yang sangat dekat dengan realita di Indonesia, fenomena fatherless. Film ini bertajuk Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah garapan Kuntz Agus.
Film ini tidak hanya menampilkan kisah rumah tangga biasa, tetapi juga menjadi refleksi keras akan fenomena tersebut tadi. Dilansir dari Kumparan dan Halodoc, Fatherless merupakan situasi ketika seorang anak, hidup tanpa peran Ayah baik secara fisik maupun psikis. Bahkan sekalipun sang Ayah masih hidup.
Kembali pada film, ceritanya berpusat pada Alin, seorang anak perempuan yang menemukan buku harian ibunya. Melalui catatan itu, ia melihat perjuangan ibunya untuk mempertahankan keluarga yang sudah rapuh, karena ayahnya yang kecanduan judi online hingga meninggalkan tanggung jawab dan meninggalkan penderitaan bagi keluarganya.
Dialog “Ayah kamu tuh bukan orang jahat, dia cuma orang yang kalah,” menjadi inti cerita yang mampu menyentil banyak penonton. Kalimat tersebut cukup menyenggol realita banyak keluarga di Indonesia, di mana beberapa dari mereka, memiliki ayah yang hadir secara fisik namun absen secara emosional, finansial, dan spiritual. Kondisi inilah yang menjadi benih utama dari fenomena fatherless.
Fenomena fatherless bukan sekadar isu fiksi. Situasi ini merupakan krisis yang mengancam masa depan generasi muda Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNICEF pada tahun 2021, terdapat 20,9% anak di Indonesia yang hidup tanpa peran signifikan seorang Ayah. Angka ini setara dengan 2.999.577 anak, dari total sekitar 30,83 juta anak usia dini di Indonesia yang kehilangan sosok ayah.
Absennya figur ayah membawa dampak serius bagi perkembangan anak, baik dari sisi psikologis maupun sosial. Anak dapat mengalami penurunan rasa percaya diri, kesulitan dalam membangun jati diri, serta berisiko tinggi menghadapi gangguan kesehatan mental seperti depresi dan lainnya.
Lebih dari sekadar tontonan, Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah menekankan bahwa pernikahan adalah komitmen besar yang membutuhkan kesiapan dan tanggung jawab, bukan sekedar cinta. Seperti yang digaris bawahi dalam film, "Kamu bisa memaklumi pasanganmu, tapi anak-anakmu tidak." Tentu kalimat ini menjadi alarm serius bagi seorang ayah, untuk bertanggungjawab penuh terhadap keluarganya.
Fenomena fatherless tidak dapat dipandang hanya sebagai ajang saling menyalahkan. Fenomena ini juga perlu direspon dengan solusi nyata. Salah satu langkah penting adalah edukasi pra-nikah yang komprehensif, dimana calon pasangan dibekali pemahaman tentang peran serta tanggung jawab masing-masing, termasuk literasi finansial, kemampuan mengelola emosi, dan keterampilan komunikasi yang sehat.
Selain itu, penguatan peran ayah dalam kebijakan publik juga menjadi hal yang krusial, misalnya melalui regulasi cuti ayah pasca kelahiran atau program bimbingan keluarga yang dapat mendorong keterlibatan lebih aktif seorang ayah dalam keluarga.
Di sisi lain, maraknya kasus judi online perlu diantisipasi dengan peningkatan literasi digital. Bagi keluarga yang sudah terdampak, terapi dan konseling dapat menjadi upaya memulihkan hubungan sekaligus membantu anak menghadapi trauma psikologis.
Melalui adegan yang menyentuh dan narasi yang mudah dicerna, film ini tidak hanya sekedar drama. Seni visual ini juga mengajak kita untuk merenungkan makna tentang peranan ayah dalam keluarga. Sebab jika ini tidak diperhatikan, lantas sampai kapan kita akan membiarkan fenomena fatherless terus berulang?.
Penulis: Nuria Febrianti
Editor: Fadhil Muhammad RF