"Semoga ada bangku kosong di bus selanjutnya." Doa ku untuk kesekian kalinya.

Yaaa, kalian bisa tebak dimana aku sekarang. Yap. Di tempat persinggahan, bertemunya orang yang hendak pergi maupun pulang. Ini terminal yang paling dekat dengan tempat tinggal ku. Aku kesini menggunakan transportasi umum. Angkot yang kutumpangi hanya bisa mengantarkanku sampai sini, karena memang jalurnya berbeda dengan tempat tujuan ku. Tempat tujuan ku kali ini memang harus menggunakan bus untuk sampai kesana.

Aku akan pergi ke kota. Liburan kuliah ku semester ini sudah usai, waktunya kembali ke rutinitas ku yang seharusnya. Berangkat kuliah, organisasi, rapat,  sesekali ke perpustakaan untuk kebutuhan tugas. Kosan ku sudah lama menunggu, rumah kedua ku untuk saat ini. Tempat melepas penat saat setelah seharian bergelut dengan masalah kampus. Walaupun rumah yang beberapa saat lalu ku tinggalkan itu merupakan tempat ternyaman yang tidak bisa digantikan.

"Ayo mba, naik mba." Kondektur bus itu mengagetkan ku dan langsung membantu membawa beberapa tas yang tak bisa kupegang sendiri. Terlihat hanya ada satu kursi kosong setelah beberapa orang yang menunggu berbarengan dengan ku masuk duluan. Tak berapa lama bus berangkat, melanjutkan perjalanan.

15 menit kemudian bus berhenti di pemberhentian selanjutnya. Sebelumnya sudah ada beberapa penumpang yang turun di tengah perjalanan. Namun setelah semua naik ternyata ada beberapa  penumpang yang tidak kebagian kursi. Salah satunya ada satu ibu-ibu yang sedang hamil besar menarik perhatian ku. Beliau berdiri tepat disamping kursi ku.

"Ibu, silahkan duduk. Biar saya yang berdiri." Aku berdiri menghampiri ibu tadi dan menawarkan kursi ku kepada ibu itu.

"Ga usah neng,  biar ibu saja yang berdiri."

"Ngga bu, saya pegel dari tadi duduk. Jadi, ibu saja yg duduk. Gantian bu." Aku menganggukkan kepala sambil berusaha tersenyum ramah.

"Oh yasudah terimakasih ya neng."

"Iya ibu, sama sama." Aku akhirnya
menggantikan posisi ibu tadi berdiri.

Aku sedikit kesal sih kepada lelaki yang duduk disamping ku. Harusnya ia tahu ada yang lebih membutuhkan kursi itu dibanding dia. Tapi, aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dia. Mungkin saja dia memang sedang banyak pikiran, lelah, atau apapun itu yang aku tidak tau.
Aku jadi kepikiran ibu ku yang sudah mulai  menua di rumah. Ia tak jarang harus pulang pergi menggunakan bus untuk membeli keperluan kerajinannya. Iya, lumayan.

Kata ibu, "Bosan di rumah, kerjaannya diem terus. Mending bikin sesuatu yang menghasilkan."

Ibu memang orang yang tidak betah jika berdiam diri dalam waktu lama. Ada saja kegiatan yang ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Entah apapun itu, dalam benak ibu sepertinya yang penting gerak.
Setelah sampai di pemberhentian tujuannya, ibu itu turun. Membawa tas selempangnya yang lumayan besar juga perutnya yang sedang mengandung sang buah hati.

"Neng, makasih yaa. Semoga kebaikan Neng dibalas lebih oleh Allah ya, Neng."

"Aamiin, Bu."  Balas ku kepada ibu yang langsung turun, sepertinya ia buru-buru.
Aku langsung kembali duduk di tempat ku semuala. Pemberhentianku masih di depan. Tak berapa lama kemudian, handphone ku bergetar. Aku ambil handphone disaku, dan setelah dilihat ternyata ibu yang menelpon.

''Halloo, Nak."

"Hallo, Bu. Ada apa, Bu? Ada barang Tita yang ketinggalan?" Tanya ku heran, kenapa Ibu menelpon padahal belum satu hari aku pergi.

"Ah, ngga Nak. Ibu cuma mau cerita. Tadi kan ibu abis belanja keperluan kerajinan kaya biasa. Pas pulang ibu bawa banyak barang, dan di bus Ibu ga kebagian tempat duduk. Terus ada seorang perempuan yang menawarkan tempat duduknya sama Ibu. Seusia kamu, Nak. Ibu jadi keinget kamu tadi, makanya Ibu langsung menelpon kamu." Cerita ibu dengan nada sedikit antusias.

"Oh, alhamdulillah kalau begitu, Bu." Aku berusaha menampilkan senyum, walau pasti Ibu tak akan melihatnya.

"Kamu hati-hati di jalan ya Nak. Semoga selamat sampe tujuan. Jaga diri baik-baik."

"Iyaa, Bu. Ibu juga jaga diri ya disana. Jangan lupa istirahat, Bu."

"Yasudah, Ibu mau lanjut pekerjaan Ibu dulu ya. Assalamualakum."

"Waalaikumsalam, Bu."

Setelah aku mematikan telfon dan memasukan handphone ku kedalam tas, aku menarik nafas panjang dan melihat kearah jendela. Allah memang Maha Baik. Doa Ibu tadi yang sempat duduk di kursi ku ini secepat itu dikabulkan. Allah akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan, meski tidak langsung kepada kita. Mungkin melalui Ibuku tadi salah satu contohnya.

Penulis : Ade Rahmawati

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama