(Sumber Gambar: Teater Awal)

IAIN, LPM FatsOeN- Sabtu (13/11) masih dalam rentetan acara Pagelaran Seni Teater Awal 28, gedung ICC kembali dimeriahi monolog yang berjudul Markendos. Acara ini berlangsung dari pukul 19.50 sampai pukul 20.46. Teater ini disutradarai oleh Fiqi Taufiq Maulani.

Markendos memiliki jalan cerita yang cukup tragis. Tentang seorang gadis desa tamatan SMP yang diiming-imingi pekerjaan di Ibukota. Sayangnya, Upi yang diperankan oleh Ers Desti malah dijebak menjadi wanita tunasusila. Terkurung dalam kerasnya simalakama Ibukota, Upi menyadari bahwa teman-temannya mengalami penyakit seksual menular. Upi memilih untuk berhenti dan bekerja sewajarnya, namun ia tetap menjadi buah bibir orang-orang satu pekerjaannya. Kala Ia memiliki cukup uang untuk kembali ke desa, desanya telah diluluhlantakan gempa. Semua keluarganya tiada dan ia hidup sebatang kara. Penderitaannya belum cukup di sana, Upi kembali ditampar oleh tubuhnya yang terjangkit penyakit jua.

(Doc. LPM FatsOeN)

Pertunjukan ini diakhiri dengan klimaks yang cukup menegangkan, dari mulai Upi menjerit di pemakaman dengan pencahayaan merah terang, sampai Upi terbahak lantang, menertawai  kehidupannya sendiri. Lalu ditutup dengan lengkingan teriakan yang menggema sambil diiringi backsound menggebu. Lampu padam, Auditorium ICC gelap gulita, lalu lighting merah-hijau menyala bergantian, Upi berdiri dan kembali menari membelakangi penonton. Seluruh lampu ICC menyala serentak, Upi berhenti menari dan menoleh ke penonton dengan seutas senyuman kecil. Sorak tepuk tangan memenuhi ruangan.

“Saya ingin, jalan cerita ini bisa menjadi pelajaran untuk orang-orang. Bahwa wanita harus pintar, tidak mudah dibodohi,” tutur Fiqi.

Sependapat dengan Fiqi, Ers Desti mengiyakan. Ia pula menuturkan pendapatnya bahwa masyarakat tidak boleh hanya memandang sebelah mata wanita tunasusila.

“Bila ada Upi di dunia nyata, Saya ingin berpesan kepada masyarakat, bahwa mereka punya alasannya sendiri melakukan hal seperti ini. Memang ada, yang mau jadi seperti itu? Saya rasa tidak,” terangnya.

Untuk naskah MARKENDOS yang tergolog cukup panjang, Ers latihan tiga kali sehari, menjelang pementasan ia pula menambah jadwal latihannya.

“Namun tetap ya, Saya jaga tubuh, tidak terlalu diforsir. Biar gak sakit, kan harus tampil prima.” Pungkasnya.

Penulis : Zulva 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama