Ajat Stopher.

Pada Musim kemarau 319 tahun lalu, pada 5 april 1803, di kabuyutan, desa terbesar kedua di kecamatan mauling, lahir seorang bayi yang oleh orang tuanya di beri nama “ajat stopher”. Kelak ia tumbuh menjadi anak yang pemalu, dengan rambut ke emas-emasan, dengan mata biru, kulit putih dan takut di anggap “edan”.

**

Pada hari-hari pertama setelah kelahirannya, saat ibunya masih terbaring lemah di tempat tidur, sedangkan sang dukun bayi membacakan kidung-kidung jawi, supaya sang bayi bisa keluar dengan selamat.

**

“sanghyang, sanghyang nyuwun doa, mugi tansah jabang bayi selamet, bis teguh, bis rahayu, bis suci”.

**

Sang dukun membacanya sangat hikmat, ia menggunakan kendi yang terisi ajian-ajian di temani kembang tujuh rupa, lalu membanjurkannya ke seluruh tubuh sang ibu.

**

Setelah 2 jam lamanya, si bayi akhirnya keluar dan si bayi menangis sekencang-kencangnya, ayahnya membacakan dongeng untuk mereka berdua. Dan kapanpun si bayi menangis, ayahnya akan membacakan kidung.

**

“ayun ayun badan, badan siji, dadi susahe ati, slamet, slamet sang jabang bayi.”

**

Ajat stopher juga menangis ketika di sembur oleh sang dukun. Sang dukun kurang senang mendengar tangisannya dan mengatakan.

“kacung nangis bae kaya pitik”

**

Ibunya meledak marah mendengar kata-kata sang dukun. Sukiyem kurus dan langsing sedikit lebih muda dari suaminya, ia sangat mencintai ajat dan mempercayai takhayul sebagaimana kebanyakan orang pada zaman itu. Ada tanaman melati, atau tanaman bidadari, tergantung di kusen langit-langit rumah mereka. Sukiyem menggunakan melati untuk melihat masa depan. ia mengatakan bahwa tanaman bisa mengabarkan kepadanya seberapa panjang umur seseorang.

**

Kawir indhor, ayah sang jabang bayi, menertawai takhayyul. Ia pendiam, suka membaca manuskrip primbon, dan suka membuatkan mainan-mainan kayu untuk Ajat kecil. Saat kanak-kanak, lelaki ini ingin masuk sekolah kabuyutan. Tetapi keluarganya tidak mampu mengirim ke sana. Ia kemudian menjadi tukang pacul, pekerjaan yang ia benci, sesekali  ia menghabiskan waktu luangnya dengan membaca dan bermain bersama putra tunggalnya.

**

Ketika Ajat Stopher sudah di bawa jalan-jalan, ayahnya senang membawanya ke hutan tiap minggu, si ayah akan menceritakan kepada anaknya hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan sementara Ajat Stopher mengumpulkan garmout liar dan membuat mahkota dari daun dan bunga.

**

Sekali setahun ibunya akan pergi bersama mereka ke hutan, ia akan mengenakan daster coklat bermotif batik bunga, satu-satunya daster yang ia punya, dan ia hanya mengenakannya pada hari-hari istemewa, ketika pergi ke hutan bersama suami dan putranya dan ketika ke pendopo untuk menerima wejangan.

**

Ajat Stopher, sejak kecil akrab dengan kegilaan, hal yang ia takuti adalah kemiskinan, ia melupakan nilai yang berharga untuk menjadi alat agar melupakan kemiskinan.

**

Neneknya dari pihak ayah, Turijem Norther tinggal di dekat kabuyutan. Ia mencintai cucunya dan meluangkan banyak waktu untuk si cucu. Ia ingin cucunya kelak menjadi orang ternama, sebab ia sendiri melarat sepanjang hidup dan ingin melihat nasib membalik. Ia senang menyampaikan kepada cucunya hal-hal yang hanya dalam imajinasinya, menyeritakan di iringi kidung-kidung.

**

Namun si nenek juga suka menceritakan hal-hal yang membuat Ajat Stopher merinding ketakutan. Perempuan tua itu telah melihat hal-hal menakjubkan sepanjang hidupnya, seandainya semua ceritanya bisa di percaya. Tiap kamis, ia membawakan pada cucunya karangan kidung.

**

Cerita-cerita hantu dan siluman membuat Ajat Stopher kecil penakut, ia tidak suka jika di suruh membeli kembang tujuh rupa pada hari senja. Pernah ia diminta membeli kemenyan pada senja hari dan ia harus melintasi hutan belantara dan orang-orang mengatakan di hutan belantara itu ada arwah membawa kepala. Ia ketakutan dan berlari sekencang-kencangnya dan baru merasa tentram setelah menyebrangi sungai dan membaca ajimat dari neneknya yaitu Buyut-buyut kula putu sanghyang sambil menginjak bumi tiga kali. Neneknya memberi tahu bahwa hantu dan arwah tidak bisa menyebrangi sungai dan kidung.

**

Kakeknya mengalami gangguan mental, dan sudah seperti itu sejak Ajat Stopher mengenalnya. Si tua ini biasa berjalan-jalan ke hutan, menempuh jarak yang panjang dan akan pulang membawa mahkota dari kembang-kembang di kepalanya. Dalam sejarahnya primbon, Ajat Stopher menceritakan bahwa suatu hari si kakek berjalan-berjalan di desa, mengenakan cetok dari rajutan bambu, anak anak kecil membuntuti dan berteriak-teriak di belakangnya, Ajat Stopher melihat kejadian ini, ia lari masuk kedalam rumahnya dan bersembunyi di balik jendela. Ia takut anak-anak itu akan melihatnya dan meneriakinya juga.

**

Ibu Ajat Stopher tidak bisa membaca dan menulis dan ia berpikir alangkah bodohnya orang yang menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis. Namun ia dan suaminya bersepakat dengan satu hal. Mereka akan melakukan apa saja untuk membahagiakan Ajat Stopher.

**

Ayahnya membacakan hikayat tiap hari minggu dan ibunya sering menceritakan dongeng-dongeng yang ia dengar di masa kanak-kanaknya.

**

Sutijah koor berasal dari keluarga miskin dan orang tuanya pernah menyuruhnya mengemis di jalanan. Ini kenangan mengerikan baginya. Ia tidak mampu meminta uang kepada orang-orang yang lalu lalang dan akhirnya hanya menyelinap di bawah powotan. Ia duduk saja di sana sepanjang hari.

**

“tetapi kehidupan ini akan lebih ramah kepadamu ketimbang kepadaku” kata ibunya

**

Mereka hidup miskin, tetapi Ajat Stopher setuju pada ucapan ibunya. Ia tidak harus mengemis, dan ia punya ayah yang gemar melukis dan membuatkannya mainan dari kayu. Kertas-kertas itu bisa di terbangkan sebagai layang-layang. Ayahnya juga membuatnya gangsing panggalan dan menjahit semua baju untuk boneka-boneka mainan.

**

Dengan ibu yang mencintainya dan ayah yang membanggakannya Ajat tidak kekurangan cinta kasih dan sayang dari kedua orang tuanya. Ia hanya menderita karena kemalaratan, ia takut pada anak-anak lain yang selalu mengejeknya.

**

Ia lebih suka duduk sendiri sambil memejamkan mata dan bersandar di batang pohon beringin di dekat rumahnya, dengan mata tertutup, ia akan bisa melihat hal-hal yang tidak terjadi di desanya, kadang ia berjalan dengan mata tertutup dari pohon beringin menuju rumahnya. Dengan cara ini ia bisa melupakan kemelaratan keluarganya. Ia hidup di dunia imajinasinya, ia suka dengan dunia khayal itu, khayalannya melambung tinggi sampai sampai ia bisa menghadirkan siluman yang muncul dari pohon beringin yang angker tersebut. Di sana selalu tersedia makanan dan pencerahan bagi dirinya.

**

Hanya ada satu tempat di dunia nyata yang membuatnya nyaman, ialah pendopo. Di tempat itu bermukim para bidarawan yang selalu membaca kidung kesukannya. Neneknya berkerja di pendopo itu. Ajat sering mengunjunginya dan bermain-bermain di taman pendopo teresebut untuk membacakan kidung-kidung primbon.

**

Beberapa bidarawan akan mendatanginnya mereka menuturkan kepadanya kidung-kidung primbon lalu membacakannya dengan suara lantang. Dan mereka akan mendengarkan cerita-cerita Ajat. Ajat takut bergaul dengan anak-anak seumurannya atau yang lebih besar, tetapi ia lebih suka mendongeng dan berkidung di depan orang. Ia menyampaikannya cerita-cerita yang pernah ia dengan dari ayahnya. Jika ia luap cerita itu, ia akan mengarang sendiri aluran nada nada dan cerita yang ingin dia sampaikan pada orang, saat itu juga lahir cerita baru.

**

Para bidarawan menyukai cerita-ceritanya dan mereka mengatakan Ajat Stopher anak yang cerdas dengan kidung dan hikayat jawi, ajat juga senang mendengarkan mereka becerita tentang sihir dan takhayul, tetapi kesukaannya mendengarkan cerita-cerita semacam itu. Membuatnya semakin penakut. Ia takut gelap, sebab hantu dan arwah dan siluman selalu muncul pada gelap.

**

Pada hari ibunya mendaftarkannya masuk sekolah, mereka menemui ibu kepala sekolah. bu kepala sekolah duduk di kursi dengan sandaran tinggi dan dinding belakang kursi tergantung sebatang tongkat. “ anak saya ini akan masuk sekolah “ kata ibunya, tetapi saya tidak mau ia di pukul dengan tongkat itu”.

**

Murid di sekolah itu kebanyakan perempuan. Bu kepala sekolah akan memukul mereka dengan tongkat jika mereka keliru mengeja kata-kata, suatu hari, ia lupa permintaan ibu ajat : ia memukul ajat dengan tongkatnya. Ajat bangkit seketika dari bangkunya, dan pulang. Besoknya, si ibu membawanya ke sekolah lain.

**

Di sekolah baru ada banyak murid lelaki dan hanya satu perempuan. Ajat stopher lebih muda di bandingkan murid-murid  lelaki lainnya, karena itu ia berkawan dengan satu satunya murid perempuan itu. Ia menggambar dan menceritakan dongeng untuk gadis kecil ini. Suatu hari ia menggambar keraton dan mengatakan bahwa ia bukan anak orang tuanya. Ia tertukar waktu bayi. Sebetulnya ia anak orang kaya dan para malaikat melindunginya dan mereka sering turun dari langit mengajaknya bercakap-cakap.

**

Ajat berpikir ia bisa mengesankan temannya dengan cerita itu, persis sebagaimana ia membuat terkesan para bidarawan pendopo, gadis kecil itu menatapnya heran. Kemudian ia berbisik kepada salah seorang murid lelaki, dia edan seperti kakeknya.

**

Ajat Stopher, si edan, adalah anak pitik edan buruk rupa yang bertahun-tahun kemudian menjadi  ayam paling tampan di desa. Tamat.

Cirebon, 23-04-2021


 Karya : Rifky Andreans/Mahasiswa  Ilmu Al-Quran & Tafsir.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama