Karakter Chihiro dalam film Spirited Away

Sumber: Rex Features

  Studio Ghibli dikenal sebagai rumah produksi dari berbagai film garapan yang sudah banyak terkenal, mulai dari Spirited Away, Grave of the Fireflies, Howl's Moving Castle, Ponyo, sampai dengan yang terbaru adalah Earwig and the Witch.

Selain erat dengan magis dan hal-hal berbau fantasi, film garapan Studio Ghibli terbiasa dengan satire yang diselipkan pada beberapa konversasi antahtokoh sekaligus identik dengan protagonis perempuan yang tangguh dan berani mengambil sebuah keputusan.

Petualangan khas Studio Ghibli menjadikan protagonis-protagonis perempuan dibingkai dengan penuh ketangguhan tanpa memaksa protagonis laki-laki 'menuntun' mereka, justru menjadikan protagonis laki-laki agar 'mendukung' segala yang ada pada sisi protagonis perempuan dalam setiap film garapan Studio Ghibli.

Studio Ghibli membingkai karakter perempuan kuat tanpa harus terkungkung oleh para misoginis (pembenci perempuan) dan standar patriarki.

Sophie, dalam Howl's Moving Castle digambarkan sebagai perempuan yang tidak memenuhi standar cantik sehingga insecurity dirinya begitu kental. Namun, Sophie menunjukan bahwa bagaimana pun dirinya yang tidak cantik dan hanya pandai melakukan pekerjaan domestik, ia tetap merasa bahwa hal tersebut tidak seburuk yang dipikirkan. Sophie mendobrak standar bahwa perempuan harus memiliki standar cantik untuk dicintai dan dihargai karena kenyataannya yang paling cantik adalah kecantikan dari hati.

Chihiro, gadis cilik berusia 10 tahun dalam Spirited Away adalah sosok perempuan kecil biasa, yang memiliki rasa takut, manja, dan kecenderungan egois seperti anak-anak pada umumnya. Studio Ghibli tidak membuat hal tersebut menjadi sebuah kelemahan, hal tersebut menyadarkan meskipun hanyalah sosok yang biasa, Chihiro kemudian mampu beradaptasi pada lingkungan dengan tekad kuat dan pendewasaan yang terjadi secara perlahan membuat dirinya berhasil membuat kedua orang tua serta dirinya kembali ke dunia manusia.

Kemudian dalam Only Yesterday, perempuan dinarasikan dengan berbagai hal tabu perihal perempuan, tetapi dalam film ini kembali mendobrak stereotip mengenai perempuan seperti pada potongan adegan di mana Taeko mengatakan pada temannya mengenai apa yang telah ibunya katakan bahwa menstruasi yang bukanlah hal memalukan. Masyarakat kerap kali sangatlah menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan, padahal alih-alih memalukan menstruasi adalah siklus biologis perempuan yang secara rutin dan berkala terjadi pada setiap bulan, jadi kenapa harus malu?

Berbicara Studio Ghibli memang tidak akan ada habisnya, Hayao Miyazaki (salah satu direksi Studio Ghibli) membuat karakter perempuan menjadi begitu dekat dan kuat, "Many of my movies have strong female leads-brave, self-sufficient girls that don't think twice about fighting for what they believe with all their heart. They'll need a friend, or a supporter, but never a savior. Any woman is just as capable of being a hero as any man."

Protagonis perempuan dalam Studio Ghibli sebagian besar adalah tokoh dalam usia yang 'menuju dewasa' di mana mengajarkan bahwa meskipun memiliki banyak hal yang mesti dilalui untuk sesuatu yang ingin dicapai, menjadi perempuan tidak serta-merta harus mengurangi kehormatan diri untuk menjadi sosok yang mencari jati diri.


Penulis : Hanipah

Editor: Aji

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama