sumber foto: Dokumentasi Fatsoen
Cirebon, LPM FatsOeN—Manasik haji UIN SSC kembali digelar. Modul sudah tersedia, pembimbing dan pendamping telah direkrut, simulator ka’bah pun sudah dibeli. Namun, kain ihram, syal, dan segala perlengkapan manasik lainnya? masih jadi urusan masing-masing mahasiswa—meski kini program ma’had terkena tarif.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, manasik haji kali ini termasuk dalam rincian biaya yang dibayarkan mahasiswa di awal semester, yakni sebesar Rp1.200.000. Tarif ini mencakup tiga program, yakni PPTQ, Kitab Kuning, Praktik Ibadah, dan puncaknya Manasik Haji di semester 4.
Menurut Mudir (pimpinan) Ma'had Al-Jami'ah, Muhsin Riyadi, pihaknya memberi toleransi tenggat waktu pembayaran program Ma'had hingga mahasiswa sampai di semester 6. Namun konsekuensinya adalah mahasiswa akan mendapat nilai E yang baru akan diperbaiki ketika mahasiswa yang bersangkutan telah membayar program ini.
Dari total biaya tersebut, alokasi untuk manasik haji mendapat bagian Rp100.000 rupiah per mahasiswa. Informasi ini disampaikan dalam audiensi antara mahasiswa, Ma’had Al-Jami'ah dan pihak rektorat, yang diunggah oleh akun Instagram Dema Universitas pertengahan tahun lalu.
Berdasarkan rincian alokasi tarif per mahasiswa untuk program tersebut, mahasiswa mendapat konsumsi, modul manasik, serta kesempatan remedial satu kali di semester berikutnya. Muhsin menyatakan bahwa tarif dari mahasiswa dialokasikan untuk membayar tutor (pembimbing), dan pendamping setiap program Ma'had Al-Jami'ah. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah membeli simulator Ka'bah, tidak lagi menyewa seperti sebelumnya.
Selain itu, dirinya bahkan mengungkapkan sedang bernegosiasi agar makan siang bisa disediakan dalam program tahun ini.
"Kemungkinan makanan, tapi kita kemarin lagi nego, bisa dapat makanan nggak?". tambah Muhsin.
Namun diluar itu, masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi mahasiswa untuk mengikuti program manasik haji. Kain ihram, gamis putih, kerudung dan ciput putih, syal, hingga batu kerikil harus dipersiapkan mahasiswa secara mandiri untuk mengikuti program ini. Dengan kata lain, mahasiswa masih harus mengeluarkan biaya pribadi untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Seluruh benefit dan syarat tersebut sama seperti yang berlaku di tahun sebelumnya. Bedanya, pada tahun itu belum diterapkan tarif untuk program Ma'had Al-Jami'ah. Mahasiswa pun tidak perlu membayar program manasik sama sekali.
Menurut Muhsin, yang membedakan antara program manasik haji tahun ini dengan sebelumnya adalah adanya penambahan materi. untuk tahun sekarang, mahasiswa juga akan mendapat materi tambahan terkait kesehatan dan travel.
Hal ini tentu kurang menjawab. Sebab, jika di tahun sebelumnya program manasik bisa berjalan tanpa mengenakan tarif biaya Ma'had yang berlaku saat ini, maka dengan adanya tarif layanan Ma'had sebesar Rp1.200.000, yang kemudian dialokasikan sebesar Rp100.000/mahasiswa untuk program manasik haji, seharusnya Ma'had Al-Jami'ah mampu menyediakan setidaknya satu dari persyaratan yang wajib disediakan mandiri oleh mahasiswa.
Alih-alih menyediakan persyaratan untuk mahasiswa, Ma'had justru membeli simulator Ka'bah. Adapun terkait penyediaan persyaratan seperti kain ihram, Muhsin bahkan mengaku tidak sanggup menyediakan.
"Kita mau belikan (ihram) itu, nggak cukup uangnya," ucap Muhsin.
Kedepannya, Muhsin mengaku siap melakukan evaluasi apabila ada kritik dan masukan terkait program manasik haji yang akan berlangsung pekan ini.
Reporter: Zahra Awliya, Desi Rahmawati
Penulis: Fadhil Muhammad RF
Editor: Zahra Awliya