Mengeluhlah kalau ingin mengeluh. Lepaskan rasa sakit di dada yang mulai riuh. Akui saja bahwa hatimu juga punya sisi yang sangat rapuh. Yang perlahan-lahan akan terkikis, walau kau jaga dengan sungguh-sungguh.

Bersedihlah kalau harus bersedih. Tulis siapa dan apa saja yang membuat lukamu terasa semakin perih. Percayalah bersedih takkan membuat harga dirimu tersisih. Karena sejatinya kau hanya membenarkan bahwa kini jiwamu sedang begitu letih.

Teriaklah kalau merasa patut berteriak. Luapkan segala emosi di dalam dada yang saat ini sedang bergejolak. Keluarkan kekesalan itu sebelum semakin lama dan akan meruak. Terimalah saja sedikit rasa pahit atas harapan-harapanmu yang telah koyak.

Menangislah kalau ini sudah waktunya menangis. Terima semua kekalahan-kekalahan itu yang perlahan menjadikan batinmu teriris. Tumpahkan semua air matamu sampai habis. Kau pun tahu masalah-masalah yang datang tak akan bisa selalu kau tepis.

Tak perlu takut untuk terlihat lemah. Bilang saja kalau kau sedang resah. Beri izin dirimu sendiri untuk merasakan apa yang membuatmu gundah. Kau tak perlu khawatir akan kalah. Mungkin saat ini keteguhan hatimu sedang diasah.

Sediakan ruang untuk dirimu sendiri. Biarkan kekeruhan ini terus mengalir hingga perasaanmu jernih kembali. Pahami kesedihan mana yang harus kau ganti. Cari tahu kebahagiaan sebesar apa yang harus kau cari untuk membuatmu hidup lagi.

Kau tak perlu memaksa untuk terus terlihat ceria. Hidup selalu punya rasa pahit sebelum rasa manis tercipta. Ambillah jeda untuk bersedih, selagi kau bisa. Selanjutnya, silakan kau berbahagia. Jadikan dirimu insan yang paling kaya akan makna. Kau yang paling memahami dirimu dibanding seluruh isi dunia.

Penulis: Toufa Rizkyah

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama