(Sumber Gambar : Freepik.com)

Seorang teman saya bercuit di status WhatsApp-nya, tentang rasa lelah karena design banyak tapi ga dapat upah. Saya juga berpikir memang terkadang jasa design acap kali disepelekan. Kerjaannya butuh banyak ide dan kerja keras, revisi berkali-kali, diburu-buru plus tidak dibayar. “Kan cuma depan leptop” itu yang ngomong minta digaplok.

Ia sudah bisa menghasilkan cuan dari skill yang ia miliki, design. Kecuali di organisasi –terutama organisasi kampus. Yaa paling-paling upah sekali design cuma 3M, makasih Mas, mantap Mas, maaf Mas, ini logonya bisa diperbesar gak ya? Untungnya dia masih memiliki jatah sabar meski sering ngedumel dan nunggu mood.

Bila berpatok pada keikhlasan, legowo, terlalu ringan tangan justru mudah untuk disuruh lagi dan lagi. Lalu bagaimana jalan keluar dari gaji 3M yang seringkali anak organisasi (kerennya anak aktivis) miliki? Jawaban tentunya terletak pada diri sendiri. Ada yang menjadikannya ajang cari sertifikasi, untuk menuh-menuhi CV, atau bawa nama diri untuk dikenal orang-orang dan siapa tau bila beruntung (kesannya seperti undian, bila beruntung) dapat tawaran kerja. Namun menurut saya, jadikan saja apa yang kita lakukan di organisasi sebagai ajang latihan. Itung-itung latihan. Toh, semua hal butuh proses, gak langsung bagus kan? Mana bisa bayi lahir langsung naik podium untuk ngomong sambutan. Tentu dia harus terus berlatih dan berlatih. Sekali dua kali grogi, angkat tangan tidak mau atau malah angkat kaki. Namun selanjutnya bisa saja mulai terbiasa dan malah menguasai.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman saya yang sering dapat 3M. 


Penulis: Zulva bukan Zulfa

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama