(Sumber Gambar: Pinterest.com

 Siapa yang mengajarimu telungkup dalam dosa satu malam, yang nantinya ditembus rindu beribu windu? Sampai nanti, sampai mati. 

***

Sedang diputar, Melebur Semesta–Sal Priadi.

***

Di luar hujan. Debur deras mengetuk-ketuk jendela. 

Malam ini dingin terasa dua kali lebih menusuk. Namun tubuhmu masih tidak terbalut apa-apa. Duduk di pinggir jendela telanjang dada, dengan kepulan asap membumbung di udara. 

Apa yang membuat dingin?

Hujan, malam? Atau punggungmu yang kian kekar dan makin sulit untuk didaki? 

Hingga aku patah kaki dan kau semakin pintar dalam berpura-pula tuli. 

Puntungmu habis. Dipan kembali berdenyit. Keningmu menyerngit. 

Ada yang beda, bukan panas ini yang kita cari. 

Bukan ini yang aku cari, atau justru ini yang kamu cari? 

Semesta lebur yang tadinya dingin, berganti jadi gejolak panas dengan kehampaan yang masih terasa. 

Terjadi ledakan. Bigbang! Bintang tercerai-berai. Berjauhan. 

Panas kembali jadi dingin yang menusuk. 

Kau terkulai lemas. Aku mengemas. 

Penulis : Zulva

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama