Sumber Foto: Dokumentasi Penulis  

Himpunan Mahasiswa Filsafat (Himafil) IAIN Syekh Nurjati Cirebon melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Kertaunggaran, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. Kegiatan itu diberi nama “Waraspati Berkelana” dengan tema "Aksioma" atau kepanjangan dari "Aksi Sosial Mahasiswa”. Kegiatan sosial ini fokus ke tiga bidang, yaitu sosial dan kewirausahaan, pendidikan dan keagamaan. Berikut penjabarannya: 

Bidang Sosial dan Kewirausahaan

Di bidang ini, kami berusaha menggali informasi mengenai kondisi geografis, mata pencaharian, dan usaha usaha yang di lakukan oleh masyarakat desa. Selain menggali informasi itu, kami juga belajar membaur di lingkungan sosial, mulai dari berinteraksi dengan masyarakat, diskusi sederhana terkait kehidupan bermasyarakat, sampai membantu beberapa di antara mereka dalam usaha-usaha pertanian, perternakan dan kebersihan. 

Pertama, kami menggali informasi tentang semua itu di Dusun Pahing. Secara Geografis, kata Lurah Pepen, Kepala Dusun Pahing, Dusun Pahing memiliki 1292 penduduk. Terdiri dari 267 Kepala Keluarga (KK) serta 2 RW dan 6 RT. Desa Kertaungaran sendiri memiliki program “Jumat Berkah”. Sebuah program udunan dari masyarakat yang dipungut setiap hari Jumat yang hasil udunan tersebut dipakai untuk kepentingan warga setempat. Ada pun konsep pemungutannya dilakukan oleh Dusun Pahing dibuat secara terstruktur dengan melibatkan RT/RW di masing-masing dusun yang kemudian secara kolektif disetorkan kepada Kepala Dusun. 

“Alhamdulillah di Dusun Pahing warga selalu antusias terkait Program Desa khususnya program udunan di “Jumat Berkah” yang penting dari atasnya memberikan pengertian yang jelas terkait penggunaan uang tersebut. Bilamana ada warga yang tidak aktif biasanya saya sendiri yang memanggil ketua RT/RW dan menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi," tutur Pepen. 

Dia melanjutkan, pekerjaan masyarakat Dusun Pahing mayoritas adalah pedagang yang menyebar ke beberapa daerah perantauan seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan kota-kota lainnya. Tidak banyak masyarakat Pahing yang memilih membuka usaha pribadi (UMKM) dan menetap di desa. Masyarakat yang bertani pun hanya beberapa saja. Yang membedakan Dusun Pahing dengan dusun lain adalah terdapatnya 10 tambak ikan. 10 tambak ikan tersebut milik warga setempat dan menjadi salah satu mata pencaharian tambahan. 

Dalam wawancara yang dilakukan kepada salah seorang pemilik tambak ikan bernama Yos Rosidi, di awal-awal pembenihan, kata Yos, desa memberikan bantuan berupa dana untuk perawatan pertama yang boleh dikelola secara mandiri oleh masing-masing pemilik tambak ikan. Lebih lanjut, usaha Tambak ikan tidak selalu menuai keuntungan dan sangat bergantung pada kondisi cuaca, katanya. 

Selain itu, pendekatan cara perawatan antara ikan bawal dan gurame juga berbeda. Mengenai teknis pembudidayaan, dia menuturkan, “Biasanya dalam satu tambak itu diisi benih ikan sebanyak 500 biji. Nah, dari benih tersebut berat totalnya menghasilakan 1.5 Kuintal ikan dan dijual 15.000 per kilo. Bila kita hitung-hitung kan harusnya keuntungan itu bisa sampe 2 kali lipat tuh, tetapi kembali lagi bila cuacanya tidak stabil biasanya ikan tuh banyak yang mati, bukannya dapet untung tapi malah rugi."

Setelah di Dusun Pahing, kami beralih ke Dusun Puhun. Di sanap kami bertemu dengan Ibu Kepala Dusun Puhun. Secara Geografis, Dusun Puhun memiliki 6 RT dan 3 RW. Profesi masyarakatnya hampir serupa dengan masyarakat di Dusun Pahing, sebagai pedagang yang merantau ke luar daerah. 

“Kalau UMKM sih sedikit ya yang aktif, kalo dulu itu ada tuh usaha rumahan keripik emping, terus ibu-ibunya bikin kue, menjahit, kalau sekarang kebanyakan ngewarkop dan pada merantau ke luar masyarakatnya itu,” ujarnya.

Selepas dari Dusun Puhun, kami lanjutkan penelusuran Dusun Wage. Secara geografis, Dusun Wage terletak di bagian barat Dusun Pahing dan berujung di Dusun Manis. Secara wilayah, Dusun Wage tersebar menjadi 4 RT dan 2 RW. 

“Mayoritas penduduk sini mereka berdagang ke luar daerah seperti Jakarta dan Yogyakarta tapi kebanyakan memang ke Yogyakarta sih. Terkait kegiatan masyarakat sini ya paling Jum’at bersih ya, biasa dilaksanakan pada awal dan akhr bulan secara rutin," ucap Kepala Dusun Wage.

Pada hari Sabtu, tanggal 30 Maret 2024, kami melanjutkan kegiatan ke Dusun Manis, di sana kami bertemu dengan kepala dusun yang bernama Ateng. Banyak sekali ilmu serta informasi yang kami dapatkan darinya. Secara garis besar, pesawahan mendominasi segi geografis dusun manis, dusun yang terdiri dari 1 RW dan 3 RT serta 130 jumlah rumah yang terdiri dari 170 KK lebih. 

Mayoritas masyarakat Dusun Manis berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahannya untuk di tanam padi dan bawang merah. Banyak masyarakat dusun lain yang juga mememiki lahan sawah di Dusun manis. Demi terciptanya hasil panen yang bagus dan harga yang tinggi, para petani membutuhkan pasokan pupuk yang mudah diakses untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, serta memberikan nutrisi pada tanaman. Pupuk yang di gunakan petani Dusun Manis adalah pupuk organik berupa kotoran hewan ternak dan pupuk anorganik yang mereka dapatkan dari bantuan pemerintah. 

Tidak mudah bertani di zaman sekarang. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi para petani, di antaranya soal biaya produksi yang lebih besar dari harga jual. 

“Terkait hasil panen padi dan bawang biasanya masyarakat sini hanya mengkonsumsi 50% dan 50% nya lagi dijual. Karena biaya perawatan nya terhitung lebih besar daripada dulu. Apalagi makin kesini subsidi pupuk nya itu makin dikurangi, nggak tau pokoknya sisanya kemana. Mangkanya membuat petani sekarang itu pada nangis," tambahnya. 

Petani Dusun Manis terkenal masih ingin bersifat praktis terkait pemupukan, sehingga 
mereka sangat bergantung kepada pupuk anorganik khususnya bantuan pupuk subsidi dari pemerintah. Peran pemuda dalam bidang pertanian pun masih dibilang kurang karena mereka lebih memilih untuk merantau dan bekerja di luar daerah. Selain bidang pertanian, Dusun Manis juga memiliki program peternakan domba dan kambing desa mandiri yang dikelola oleh masyarakat. Programnya bernama Pasang Grahan KTI “Milenial”.  

Dusun terakhir yang kami sambangi adalah Dusun Kliwon. Masyarakat Dusun Kliwon mayoritas berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahan luas di daerahnya untuk bertani, sedangkan pemuda pemudi di sana 
lebih memilih untuk merantau atau bekerja dan melanjutkan pendidikan lanjut ke luar daerah. 

Bidang Pendidikan 

Dalam bidang pendidikan, kegiatan dilakukan dengan cara mengajar siswa Sekolah Dasar (SD) dari kelas 1-6. Kegiatan tersebut berlangsung di SDN Kertaungaran. Sebelum belajar, para siswa dibiasakan untuk melaksanakan sholat dhuha yang dilanjut dengan kegiatan tadarus dan penyampaian kultum. Setelah itu, para siswa masuk ke kelas masing-masing untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Mengajar siswa-siswa SD memang bukan perkara mudah, mengingat usianya yang belum matang dan dewasa. Hal itu menuntut kami untuk lebih sabar ketika mengajar. 

Diketahui, penggunaan kurikulum di SDN Kertaungaran berbeda-beda antar kelas yang satu dan kelas lainnya. 

“Di Sekolah ini, kelas 1 dan kelas 4 itu (menggunakan) Kurikulum Merdeka. Kalau kelas 2, 3, 5, 6 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)," imbuh Kepala Sekolah SDN Kertaungaran ketika diwawancara.

Bidang Keagamaan

Dalam bidang keagamaan, kami menyoroti Yayasan Hasan Maolani sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan yang memiliki sejarah panjang di desa tersebut. Yayasan Hasan Maolani awalnya merupakan sebuah majelis pengajian yang dirintis oleh Anang Dimyati pada tahun 1972 setelah menyelesaikan studinya di Mesir.  

Majelis ini mulanya bertempat di masjid. Seiring berjalannya waktu, masjidnya kemudian berkembang menjadi pondok pesantren dan secara resmi mendapatkan legalitas pada tahun 1976. Di bawah kepemimpinan Anang, pengajian ini menarik minat masyarakat setempat untuk belajar agama. Perkembangannya pun bisa dibilang baik, sebab mampu mendirikan lembaga pendidikan formal di sana sekitar tahun 1980. 

Yayasan sempat menghadapi tantangan dalam urusan administrasi, manajemen dan keuangan yang mengakibatkan progresnya mengalami kemunduran pada tahun 2000-an. Setelah melakukan evaluasi dan menggani kepemimpinan pada tahun 2007, yayasan kembali hidup dan kemudian mengubah  
mengadopsi aliran Tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah dalam aktivitas pendidikannya. 

Program Jumat Bersih dan Santunan Anak Yatim Piatu

Ini merupakan program tambahan dari kegiatan sosil yang diadakan. Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 Maret 2024. Kegiatan Jumsih (Jum’at Bersih) yang dilakukan sebulan dua kali yaitu pada awal bulan dan akhir bulan. Jumsih bertujuan untuk merekatkan ikatan persaudaraan dan melestarikan budaya gotong royong masyarakat dalam urusan kebersihan. 

Pagi sekitar pukul 08.30 WIB kami berangkat menuju pemakaman umum untuk membantu 
warga membersihkan tempat tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan agenda “Santunan Kepada 40 Anak Yatim” pukul 14.00 WIB. Agenda ini dihadiri oleh Kepala Desa setempat dan 40 Anak Yatim Piatu. Di sana, kami menyalurkan sedikit sembako dan pakaian hasil donasi dari masyarakat.

Tanggapan Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Islam

Aksioma yang dilakukan sendiri mendapat reapon positif dari Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Islam, Fuad nawawi. Dia mengapresiasi kegiatan sosial yang dilakukan Himafil. 

“Saya menyambut baik dan mengapresiasi atas terselenggaranya program pengabdian 
ini. Menurut saya ini sebuah program yang keren perlu dilanjutkan untuk periode-periode 
selanjutnya karena ini merupakan perwujudan cinta dari mahasiswa terhadap masyarakat. Mungkin juga menurut saya harapannya ini menjadi sebuah role model pada periode-periode berikutnya sehingga ini bisa terus dilestarikan ya karena manfaatnya memang banyak untuk diri kita juga sebagai penyelenggara sehingga kita ini "terlatih" 
untuk menjadi manusia yang bermanfaat kepada orang lain," pungkasnya. 

Semoga tulisan ini menginspirasi. 

Penulis: Muhamad Fadlan, Ulul Azmi, Muhammad Rifqi Rizqon R.
Editor: Ega Adriansyah

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama