Hebohnya Pemerintah Tanggapi Pengibaran Jolly Roger

 

Sumber foto: X/@OposisiCerdas



Ada yang berbeda menjelang peringatan hari kemerdekaan ke 80 Indonesia. Di tahun ini, masyarakat tak hanya mengibarkan bendera Merah Putih, namun juga dibarengi dengan berkibarnya bendera Jolly Roger dari anime One Piece. Mengapa demikian?


Pengibaran bendera One Piece bukan tanpa alasan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang dianggap sedang carut marut. Sejak dilantiknya presiden Prabowo Subianto, telah banyak hal yang menjadi kontroversi di masyarakat, mulai dari kebijakan yang menyebabkan kelangkaan gas LPG, hingga yang terbaru RKUHAP yang dinilai merugikan rakyat.


Pro-kontra tak lepas dari simbol perlawanan ini. Dari kursi dewan, Firman Soebagyo, kader partai Golkar tegas melarang pengibaran bendera ini. Ia menganggap bahwa pengibaran bendera tengkorak bertopi jerami ini adalah perbuatan makar dan provokatif. 

"Ini provokatif yang ingin menjatuhkan pemerintahan," tegasnya.


Di Sragen, Jawa Tengah, mural bergambar tengkorak one piece yang sebelumnya terpampang di tengah jalan, kini dihapus. Hal serupa juga terjadi di Jebres, kota Solo dan Putatgede, Surabaya. Camat Jebres bahkan mengklaim penghapusan mural ini dilakukan demi menjaga kondusivitas wilayahnya.


Menteri HAM, Natalius Pigai mengklaim bahwa pemerintah mendapat dukungan dari PBB terhadap pelarangan pengibaran Jolly Roger. Dikutip dari Tempo, Pigai menyatakan bahwa dukungan terhadap larangan tersebut didasarkan pada kesesuaian dengan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.


Hal senada juga dilontarkan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Budi Gunawan. Ia mengingatkan bahaya pidana terhadap pengibar bendera ini. Dirinya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 24 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap orang dilarang mengibarkan bendera negara di bawah bendera atau lambang apa pun.


Pendapat sebaliknya justru dilontarkan oleh wakil ketua umum DPR, Sufmi Dasco. Kendati pernah menyatakan kekhawatiran bahwa bendera One Piece dapat memecah belah negara, terbaru, dirinya menyatakan tidak keberatan dengan pengibaran bendera tersebut. Dalam kesempatan berbeda, Dasco juga meminta agar hal ini tak perlu diperdebatkan.


Walikota Solo, Respati Ardi, bahkan menganggap bahwa pengibaran bendera Jolly Roger One Piece adalah tindakan yang keren. Ia tidak mempermasalahkan pengibaran bendera ini selagi posisinya tidak lebih tinggi dari merah putih. Ia menilai bahwa anggapan provokasi dari maraknya pengibaran bendera ini hanyalah soal perbedaan sudut pandang.


Menilik dua dekade ke belakang, pengibaran bendera selain Merah Putih yang cenderung lebih "mengkhawatirkan" sebenernya pernah terjadi di era presiden Abdurahman Wahid alias Gusdur. Menkopolhukam pada masa itu, Wiranto, melaporkan kepada Gusdur tentang pengibaran bendera Bintang Kejora di tanah Papua. Seperti diketahui, bendera ini bagi sebagian orang sangat identik dengan simbol gerakan separatis Papua Merdeka.

Kendati demikian, Gusdur menanggapi dengan santai, terlebih ketika tahu bahwa ada bendera Merah Putih yang berkibar lebih tinggi ketimbang bendera Bintang Kejora.

"Ya sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul," jawabnya.


Jika berkaca pada cara gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora, seharusnya pemerintah Indonesia juga dapat menyikapi pengibaran panji kru topi jerami dengan lebih santai. Sebab, simbol ini tidak terafiliasi dengan gerakan manapun yang mengancam kedaulatan negara. Justru, filosofi yang terkandung dari bendera ini adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Artinya, apa yang dilakukan oleh rakyat Indonesia akhir-akhir ini adalah bentuk kritik dan kebebasan berekspresi yang harus didengar dan dijadikan bahan evaluasi, bukan justru dibungkam.



Penulis: Fadhil Muhammad RF 

Editor: Zahra Awliya S

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama