Foto: Arina Nurul Badriyah

Berfoto di Depan Rumah Adat Tongkonan (Rumah Adat Tana Toraja).


Skema Kuliah Kerja Nyata Nusantara Moderasi Beragama (KKNMB) mulai dibuka Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, melalui proses penyeleksian dari 1-7 Juni 2023. Ahmad Rizki Alimudin, mahasiswa dari Jurusan Hukum Keluarga Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon adalah salah satu dari 3 mahasiswa yang lolos seleksi untuk mengikuti skema KKN ini. Program ini berlangsung dari 13 Juli hingga 26 Agustus 2023 dan diikuti 324 mahasiswa lintas agama dari 52 perguruan tinggi keagamaan di Indonesia. Semangat dan antusias mengikuti Skema Kuliah Kerja Nyata Nusantara Moderasi Beragama (KKNMB) ini, karena yakin pengalaman ini akan memberikan wawasan yang berharga dalam memahami dinamika sosial budaya dan agama serta sikap moderasi beragama di Tana Toraja.

Pada tanggal 12 Juli 2023 seluruh peserta KKNMB ini melakukan pembekalan di kampus IAIN Parepare yang merupakan tuan rumah dari KKN skema ini, 324 mahasiswa ini dibagi menjadi 30 kelompok/posko dan ditempatkan di 30 Lembang/Desa yang berbeda di kabupaten Tana Toraja. Saya dan kelompok ditugaskan untuk tinggal di Lembang Madandan, sebuah Lembang yang kaya akan adat istiadat dan kearifan lokal.

Perjalanan dimulai pada 13 Juli 2023, ketika saya dan teman-teman tiba di Tana Toraja. Kami disambut dengan hangat oleh masyarakat setempat yang ramah dan penuh keramahan. Minggu pertama, saya langsung terjun ke lapangan melakukan riset untuk memahami dinamika sosial budaya dan agama masyarakat di sini. Saya belajar tentang adat istiadat Toraja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Adat istiadat di sini bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga cerminan dari filosofi hidup dan pandangan kosmos yang unik.

Salah satu adat yang menjadi perhatian saya adalah upacara adat rambu solo' dan rambu tuka'. Rambu solo' adalah upacara pemakaman yang dianggap sebagai salah satu upacara adat paling penting di Toraja. Prosesi pemakaman ini melibatkan persiapan yang kompleks dan melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Rambu tuka', di sisi lain, adalah upacara yang sifatnya suka cita atau syukuran. Upacara ini biasanya diperuntukkan untuk perayaan seperti, syukuran rumah, hasil panen yang baik dan kegembiraan lainnya. Kedua upacara ini menunjukkan betapa besar perhatian Toraja terhadap nilai-nilai keluarga dan upacara keagamaan.

Tidak hanya itu, saya juga belajar tentang Tongkonan, rumah tradisional suku Toraja yang merupakan simbol penting dalam kehidupan mereka. Tongkonan adalah rumah adat yang memiliki bentuk unik dengan atap yang tinggi menjulang. Bangunan ini memiliki arti sakral, melambangkan status sosial, dan menjadi pusat upacara adat serta ritual keagamaan masyarakat Toraja.

Setelah memahami adat istiadat, saya dan kelompok melakukan pemetaan wilayah secara mendalam. Mereka mendokumentasikan lokasi-lokasi penting, tempat ibadah, rumah adat, dan tempat-tempat keramat. Pemetaan ini menjadi langkah awal untuk memahami interaksi sosial dan hubungan keagamaan di masyarakat setempat.

Minggu-minggu berikutnya, saya aktif menghadiri berbagai acara adat dan keagamaan di Tana Toraja. Mereka terlibat dalam berbagai prosesi upacara, mulai dari upacara adat hingga kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar agama. Saya merasa terpukau dengan keindahan dan kedalaman makna di balik setiap acara yang dihadirinya.

Selama menjalani KKNMB, saya juga belajar mengenai toleransi dan kerukunan antaragama yang menjadi perekat masyarakat Tana Toraja. Meskipun mayoritas masyarakatnya adalah penganut agama Kristen Protestan dan Katolik, tetapi mereka hidup berdampingan dengan harmonis dengan minoritas agama lain, termasuk Islam dan agama-agama tradisional. Kehidupan multikultural ini menjadi inspirasi bagi saya untuk lebih mengedepankan nilai-nilai keberagaman dan toleransi di masa depan.

Setelah beberapa minggu tinggal di Lembang Madandan, saya dan kelompok merasa sudah memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika sosial budaya dan agama di Tana Toraja. Mereka pun menyadari betapa pentingnya menjaga harmoni dan toleransi antaragama dalam menjaga kerukunan di tengah-tengah keberagaman masyarakat tersebut.

Berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang didapat, kami merumuskan program kerja yang melibatkan semua tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintahan dalam upaya mendukung kampung Moderasi di Lembang Madandan. Program ini diberi judul "Menuju Kampung Moderasi, Memperkokoh Lingkungan Inklusif dan Harmoni di Tengah Keberagaman."

Salah satu program unggulan dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah mendirikan sebuah rumah baca untuk pemuda dari lintas agama. Rumah baca ini bertujuan untuk menjadi tempat pembelajaran, diskusi, dan interaksi antar pemuda dari berbagai latar belakang agama. Dengan adanya ruang tersebut, diharapkan pemuda dapat lebih memahami satu sama lain, menghormati perbedaan, dan bersama-sama membangun lingkungan yang inklusif.

Selain itu, saya dan kelompok juga merencanakan pendirian Monumen Kampung Moderasi. Monumen ini akan dibangun dengan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat Lembang Madandan. Tujuan dari monumen ini adalah sebagai simbol keberagaman dan harmoni di kampung tersebut, yang selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya mempertahankan sikap moderat dan saling menghormati dalam beragam keyakinan.

Program kerja lainnya yang dirumuskan oleh saya termasuk kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan dan keagamaan bersama yang melibatkan seluruh warga kampung, seperti mendirikan taman obat keluarga (TOGA), bakti sosial, kegiatan kebersihan, seminar tentang toleransi beragama, terlibat aktif mengisi khutbah Jum'at dan pengajian, serta berbagai acara budaya yang menampilkan kekayaan tradisi masyarakat Tana Toraja.

Dalam merumuskan program ini, kami secara aktif melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintahan. Partisipasi mereka diharapkan dapat memberikan pandangan yang komprehensif dan memastikan program ini mendapatkan dukungan penuh dari seluruh masyarakat Lembang Madandan.

Sebagai seorang mahasiswa yang aktif di bidang akademik, saya juga memiliki rencana untuk menghasilkan kontribusi yang berarti dalam bentuk tulisan. Menyadari pentingnya mendokumentasikan perjalanan dan hasil KKNMB mereka, saya merencanakan artikel untuk publikasi jurnal. Untungnya, selama disini saya telah mengikuti kegiatan academic writing jurnal mimikri yang diselenggarakan oleh Balai Litbang Kementerian Agama Makassar, sehingga ia memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan artikel ilmiah.

Artikel jurnal yang akan ditulis oleh saya berfokus pada hasil riset dan temuan mereka tentang dinamika sosial budaya dan agama di Tana Toraja, serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mendukung kampung Moderasi di Lembang Madandan. Artikel ini diharapkan dapat menjadi sumbangan berharga dalam memperluas pemahaman tentang moderasi beragama dan kerukunan di masyarakat.

Selain artikel jurnal, saya dan teman-teman juga memiliki rencana pembuatan video dokumenter sebagai sarana untuk melihat secara langsung sikap moderasi atau sikap toleransi yang sudah tertanam dalam masyarakat Tana Toraja. Video ini diharapkan dapat menggambarkan secara visual bagaimana masyarakat setempat menjalankan adat istiadat dan ritual keagamaan dengan penuh kehormatan terhadap perbedaan agama dan keyakinan.

Dengan video dokumenter, saya ingin mengabadikan momen-momen kebersamaan dalam berbagai upacara adat dan kegiatan keagamaan yang melibatkan berbagai kelompok agama. Kami berharap dapat menyoroti bagaimana masyarakat Tana Toraja secara bersama-sama merayakan perbedaan dan memupuk rasa saling menghargai dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Video ini akan berfokus pada wawancara dengan warga setempat dari berbagai agama, tokoh adat, pemuka agama, dan pemimpin masyarakat. Dengan mendokumentasikan pandangan mereka tentang pentingnya toleransi dan kerukunan antaragama, video ini akan memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana nilai-nilai moderasi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Lembang Madandan.

Melalui kombinasi tulisan artikel jurnal dan video dokumenter, saya berharap bahwa kontribusinya dapat memperkuat kesadaran tentang pentingnya moderasi dan toleransi dalam menjaga harmoni di tengah keragaman agama dan budaya. Semoga upaya ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat lain dan membantu menciptakan lingkungan inklusif yang harmonis, di mana semua individu dari berbagai latar belakang agama dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghargai.

Kami berharap bahwa avideo dokumenter ini dapat selesai sebelum acara peluncuran kampung Moderasi di Lembang Madandan. Dengan begitu, hasil dari upaya mereka dalam memperkokoh lingkungan inklusif dan harmoni di tengah keberagaman dapat lebih mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat luas. Selain itu, publikasi artikel jurnal dan video dokumenter ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi dan contoh positif bagi daerah lain dalam mengimplementasikan program serupa yang berfokus pada toleransi dan kerukunan antaragama.

Dengan tekad dan semangat yang tinggi, saya dan teman-teman berharap bahwa program "Menuju Kampung Moderasi: Memperkokoh Lingkungan Inklusif dan Harmoni di Tengah Keberagaman" dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat Tana Toraja. Melalui upaya ini, mereka berharap dapat menjaga kerukunan dan harmoni di kampung tersebut sebagai contoh bagi masyarakat lain dalam menghadapi tantangan pluralitas dan keberagaman di Indonesia.


Kontributor Penulis: Ahmad Rizki Alimudin

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama