(Illustrator: Fauzan Alfani)

LPM FatsOeN, Cirebon- Pemilihan Ketua DEMA-I yang sudah berlangsung pada Selasa (2/02) lalu menghasilkan satu kandidat terpilih, yakni saudara Rio Maheso Jenar. Pemilihan ini berlangsung secara tertutup dengan menggunakan keterwakilan, yaitu dengan peserta dari delegasi setiap jurusan. 

Mengenai ini, Ketua Umum SEMA-I mengatakan bahwa persidangan MUDEMA-I hanya untuk internal. "Jadi, karena ini hanya untuk internal, sifatnya rahasia," Timpal Akrom pada reporter FastsOeN pada Selasa (2/02) lalu. 

Hal ini memicu pertanyaan-pertanyaan tentang pelaksanaan demokrasi di kampus IAIN Cirebon ini, Kondisi demikian dikeluhkan oleh Omar, salah satu mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang berada di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab menurutnya keterwakilan ini sistem harus  dibenahi. “Banyak teman-teman saya yang berada di PTN-PTN ini memiliki konsep pemira dan ini memiliki euforianya tersendiri juga. hal-hal yang bisa menjadi eksistensi dan esensi mereka masing-masing,” Tuturnya kepada reporter LPM FatsOeN pada Rabu (17/02) lalu

Berkaitan dengan hal ini pada Selasa (16/02) lalu, Warek III menanggapi, “Jadi keterwakilan itu sebenernya dasarnya POK dari Dirjen Pendis. Sebenernya itu sudah 2011, 2012 itu sudah ada. Cuma selama itu belum terlaksanakan, baru ketika saya Dekan Tarbiyah saya turunkan jadi POK Fakultas Tarbiyah. Kan itu amanat dari pusat seperti itu. Nah ketika jadi Warek 3 saya juga sudah menemukan dokumen itu telah dilaksanakan. Akhirnya, saya pun laksanakan sesuai POK. Itu kebijakan dari pusat,” Tuturnya

Menurutnya, system ini adalah system yang efektif untuk diterapkan di kampus yang masih membangun ini, serta dapat mengurangi perpecahan antara UKM dan kelompok-kelompok partai. 

”Nah menurut saya ketika ada alternative keterwakilan dari pusat seperti itu, Nampak lebih kondusif. Meski ada negative nya, mereka cenderung positifisme efektualisme. Efektif memang betul, tetapi kampus yang sedang membangun seperti kita memang butuh itu lebih kondusif,”

Namun, beberapa kendala mengenai teknis keterwakilan ini masih belum sempurna, seperti halnya yang dikeluhkan Omar. “cara ini efektif, tapi bukan yang paling efektif, karena menciderai nilai-nilai demokrasi kampus, karena teman-teman yang tidak menjadi delegasi tidak mempunyai hak suara, apalagi yang menjadi delegasi ini tanpa memusyawarahkan terlebih dahulu dengan jurusannya,” Tuturnya.

 Mengenai hal ini Ilman pun mengakui bahwa baik system keterwakilan maupun pemira sama-sama memiliki plus-minusnya. “Sekarang kan keterwakilan alhamdulillah kondusif, ya yang saya sebut tadi meski ada (-) nya ya. Ada semacam stagnasi pemikiran demokrasinya,” Ungkapnya. 

Untuk mengatasi stagnansi ini Warek III pernah mengadakan program diskusi terbuka dengan mengundang organisasi ekstra (Cipayung) Bersama dengan SEMA-DEMA. Namun kegiatan tersebut hanya berjalan selama satu-dua kali saja. 

Penulis : Khotimah

Reporter : Sulthoni, Dimas

1 Komentar

  1. Berarti banyak warga kampus yang tidak memiliki hak suara dalam sistem demokrasi tsb 😅

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama